PKM-RSH 2023 IIK Bhakta Melakukan Penelitian : Hubungan Studi Stereotipe Gender, Spritualitas, dan Patriarkal Sebagai Indikator Tingkat Kepuasan Mahasiswa Keperawatan Untuk Jurusan yang Dipilih
12 Oct 2023 09:40 by Totok Agung
Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora IIK Bhakti Wiyata Kediri melakukan penelitian untuk menilai tingkat kepuasan mahasiswa keperawatan di wilayah Kediri Kota, Kediri Kabupaten, Blitar, dan Tulungagung.
Previous
Next
Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora IIK Bhakti Wiyata Kediri melakukan penelitian untuk menilai tingkat kepuasan mahasiswa keperawatan di wilayah Kediri Kota, Kediri Kabupaten, Blitar, dan Tulungagung.
TIM PKM TENDER PRATAMA Mahasiswa dari Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dari prodi S1 Keperawatan yang terdiri dari Azarine Carissa Chavvah Areta, Muhammad Rafi Firdaus (Grade 3), Riski Nuril Hasanah, Sindi Wulandari (Grade 2), Levina Novaisniati (Grade 1). Dengan dosen pendamping Yohanes Andy Rias.,M.Kep.,PhD, melakukan penelitian tentang nilai major satification (kepuasan) mahasiswa keperawatan dalam konteks bimbingan akademik terhadap jurusan yang diambil yang dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi stereotipe gender, tingkat spiritualitas, dan persepsi patriarki yang ada dalam diri mahasiswa keperawatan dan pastinya juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor seperti stereotipe gender, tingkat spiritualitas, dan persepsi patriarki dapat memengaruhi tingkat kepuasan mahasiswa keperawatan terhadap bimbingan akademik yang mereka terima.
“Perawat laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama dalam hal pelayanan, hanya saja jika saya disuruh memilih antara perawat laki-laki dan perempuan maka saya akan lebih memilih perawat perempuan,” katanya.
“Nilai stigma dan pemahaman yang keliru dikalangan masyarakat tentang profesi keperawatan, terkhusus kepada perawat laki-laki, yang mana laki-laki menjadi minoritas diprofesi keperawatan dimana dunia keperawatan yang saat ini sebagian besar didominasi oleh perempuan. Yang juga dianggap bahwa laki-laki tidak bisa memberikan pelayanan sepadan dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat perempuan, yang dapat disimpulkan bahwa pentingnya peningkatan nilai major satification dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa keperawatan.” kata Riski dan Sindi dalam penilaian mereka terhadap pemahaman masyarakat setempat tentang profesi keperawatan, Senin (04/09/2023).
Dari beragam stigma yang beredar pada masyarakat terkait dengan perawat laki-laki, banyak sekali contoh nyata bahwa perawat laki-laki yang sekarang sudah berkarir di seluruh indonesia dapat memberikan gambaran nyata bahwa perawat laki-laki juga bisa dan mampu menjadi seorang perawat yang berkompeten. Meskipun dunia keperawatan memiliki karakteristik sebagai seseorang yang penuh kepedulian dan rasa kasih sayang, bukankah laki-laki juga sebagai manusia yang dapat memberikan kepeduliannya dan kasih sayangnya kepada orang lain.
Riski bersama tim juga melakukan wawancara dengan salah satu perwakilan mahasiswa keperawatan. Dari hasil wawancara dijelaskan bahwa mereka tidak setuju dengan adanya perbedaan stereotipe gender dan patriarkal yang berkembang di masyarakat, karena menurut mereka laki-laki dan perempuan itu setara derajatnya, dimana perempuan juga bisa melakukan apa yang laki-laki lakukan. Jadi perempuan seharusnya juga bisa menyuarakan pendapat mereka secara bebas dan begitu sebaliknya. Dan dimana jika perawat laki-laki dan perempuan dapat bekerja sama dalam memberikan pelayanan perawatan kepada pasien di RS pasti akan lebih baik.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa temuan penting, korelasi antara Stereotipe Gender dan Kepuasan: Mahasiswa yang lebih peka terhadap stereotipe gender dalam profesi keperawatan cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah terhadap bimbingan akademik. Ini mungkin disebabkan oleh persepsi mereka tentang ekspektasi yang lebih rendah terhadap kemampuan mereka dalam profesi ini.
Pengaruh Spiritualitas: Tingkat spiritualitas juga memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Mahasiswa dengan tingkat spiritualitas yang lebih tinggi cenderung merasa lebih puas dengan bimbingan akademik yang diberikan. Hal ini kemungkinan terjadi karena tingkat spiritualitas yang lebih tinggi dapat membantu mahasiswa dalam menghadapi tantangan akademik secara positif dan adaptif. Persepsi Patriarki: Penelitian ini menemukan bahwa mahasiswa yang menganggap lingkungan akademik cenderung patriarkal memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah terhadap bimbingan akademik. Hal ini menunjukkan perlunya langkah-langkah untuk menciptakan lingkungan akademik yang lebih inklusif, di mana mahasiswa merasa didukung dan dihargai tanpa memandang gender.
Dalam rangka meningkatkan kepuasan mahasiswa dalam bimbingan akademik, penelitian ini menyarankan perlunya upaya untuk mengurangi stereotipe gender dalam profesi keperawatan serta menciptakan lingkungan akademik yang lebih inklusif dan berdasarkan prinsip kesetaraan gender. Selain itu, memfasilitasi dan mendukung perkembangan spiritualitas mahasiswa juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan kepuasan mereka terhadap bimbingan akademik.
Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa dalam konteks bimbingan akademik, dan menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti stereotipe gender, spiritualitas, dan persepsi patriarki dapat memiliki dampak yang signifikan dalam hal ini.
Artikel Terkait